"Puji Tuhan bisa bermain lancar tanpa cedera. Permainan tadi saya rasa tidak sesuai dengan apa yang kami harapkan," tanggap Joaquin kepada tim Humas dan Media PP PBSI, seusai laga berdurasi 58 menit tersebut.
Lebih lanjut Joaquin menjelaskan, di gim pertama, mereka tampil agresif dengan pola menyerang yang efektif dan mendominasi permainan. Namun, di gim kedua, Lee/Wang mulai dapat mengantisipasi pukulan dan pola mereka, sementara konsistensi permainan menurun karena gagal merespons serangan balik lawan. Kondisi itu berlanjut hingga gim penentu, yang membuat performa mereka tidak serupa dengan awal pertandingan. "Kami terburu-buru dan terbawa nafsu," kata atlet kelahiran Jakarta pada 14 September 2005 ini.
"Keunggulan lawan tadi mereka sabar dan mainnya rapi, kami kalah di main safenya mereka bermain safe dan sabar lalu ketika ada kans baru menyerang," Joaquin, menambahkan.
Sementara, Raymond menuturkan, di gim kedua dan ketiga, permainan mereka menurun lantaran banyak melakukan kesalahan sendiri dan kurang bermain aman. Di sisi lain, Lee/Wang terus menjaga momentum sejak awal gim, bahkan di pengujung laga pasangan "Negeri Ginseng" itu mampu mengantongi 15 championship point saat skor menunjukkan 20-5. "Di gim ketiga untuk membunuhnya kurang ada. Karena sudah habis tenaga, jadi agak susah untuk mencari poinnya," ungkapnya.
"Kita perlu meningkatkan power sama bola sambungannya, karena kalau lawan Korea ketika kami serang, pengembalian mereka bagus dan bisa balik menyerang. Jadi kami harus antisipasi itu ke depannya," pungkasnya.


