Dalam laga final nomor perorangan yang digelar di Gymnasium 4, Thammasat University Rangsit Campus, Pathum Thani, Minggu (14/12), Sabar/Reza menundukkan pasangan unggulan teratas asal Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, lewat dua gim langsung dengan skor 21-14, 21-11. Kemenangan ini melengkapi keberhasilan mereka ketika mengalahkan pasangan negeri jiran tersebut pada partai beregu putra untuk merebut medali emas.
"Pastinya sangat senang, sangat bersyukur. Ini salah satu berkat yang luar biasa kami bisa masuk tim SEA Games di last minute, hitungannya. Dan kami bisa memberikan penampilan yang terbaik baik itu di individual, baik itu di tim kemarin," papar Sabar melalui keterangan pers Humas dan Media PP PBSI.
"Mudah-mudahan ini menjadi tren positif untuk kami, menjadi motivasi untuk untuk lebih meraih prestasi lain," tambahnya.
Sabar mengakui, rasa percaya diri mereka muncul saat memasuki lapangan karena memiliki rekor pertemuan yang lebih baik atas Aaron/Soh, ditambah kemenangan pada final beregu beberapa hari sebelumnya. Namun, lanjut Sabar, mereka tetap waspada mengingat lawan pasti melakukan evaluasi terhadap permainan mereka, sehingga berupaya tampil fokus dan tidak lengah sedikit pun sepanjang pertandingan.
Sementara itu, Reza mengaku tidak menyangka dapat meraih dua medali emas SEA Games Thailand 2025, mengingat ketatnya persaingan dengan pasangan-pasangan kuat seperti para pasangan Malaysia serta pasangan senegara, Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana, yang menurutnya adalah sejumlah pasangan papan atas. Ia bersama Sabar hanya berupaya tampil maksimal di lapangan dengan satu tekad, yaitu tidak ingin kalah dalam setiap pertandingan. "Ini perjalanan yang sangat-sangat tidak bisa saya bayangkan, karena kami benar-benar memulai dari bawah dan sekarang bisa main SEA Games dan dapat medali emas," katanya.
"Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata," Reza, menyatakan.
"Saya melihat junior-junior saya di umur belia mereka sudah main SEA Games, mereka dapat medali emas, sedangkan saya di umur 29, tapi itu rencana Tuhan. Kita tidak pernah tahu kapan datangnya berkat itu, bisa di belasan tahun atau di umur saya sekarang. Rasanya sangat luar biasa," demikian Sabar.


