BDMNTN-XL 2025 - Kirsty Gilmour: Di Asia, Saya Kristy

Kirsty Gilmour (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Kirsty Gilmour (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Internasional ‐ Created by EL

Jakarta | Pebulu tangkis tunggal putri asal Skotlandia, Kirsty Gilmour, mengungkapkan, tak sedikit orang yang memanggilnya dengan nama Kristy ketimbang Kirsty. Atlet kelahiran 21 September 1993 ini menjelaskan, nama panggilannya, "Kirsty", berasal dari bentuk lain nama "Christine" yang bagi khalayak di negeri asalnya terdengar lebih mirip "Kirsty".

"Di Asia, saya dipanggil Kristy. Namun, ada juga beberapa orang yang menyebut saya Kirsty, dan saya menghargai itu. Kadang orang memang keliru memanggil Kristy, tetapi tidak apa-apa. Saya sudah terbiasa," tuturnya di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (3/10).

Gilmour, yang memperkuat tim Hurricanes dalam turnamen ekshibisi pada 2–5 Oktober, merasakan ketatnya persaingan di setiap laga. Meski turun di nomor andalannya, ia tetap menikmati kekompakan dan kerja sama tim, layaknya saat tampil pada kejuaraan beregu putri maupun beregu campuran. 

"Dulu, saya pernah bermain untuk tim Prancis dan hanya melakukan bagian kecil dari kerja kolektif sebagai tim. Kita menang, dan perasaan itu tak tertandingi rasanya. Jadi, jika saya tidak bermain bulu tangkis, saya akan bermain sepak bola karena saya suka menjadi bagian dari sebuah tim," tanggapnya.

Pada kesempatan tersebut, Gilmour juga mengungkap sekelumi hal seputar bulu tangkis Skotlandia hingga pengalamannya bertanding di Indonesia. Berikut petikan wawancara Djarum Badminton dengan pemain yang pernah memperkuat Inggris ini:

Bagaimana perkembangan bulu tangkis di Skotlandia?
Baik. Saya rasa perjalanan kami masih panjang. Populasi kami hanya sekitar lima juta, jadi kami memang negara yang sangat kecil. Namun, Denmark juga memiliki populasi sekitar lima juta dan mereka berhasil melakukan sesuatu yang benar.

Menurut saya, para pemain top saat ini harus menjadi panutan yang baik sekaligus berkontribusi terhadap perkembangan bulu tangkis di tingkat akar rumput. Karena itulah satu-satunya cara untuk membangun piramida prestasi yang kuat.

Kita membutuhkan lebih banyak orang di level paling dasar untuk bermain dan menikmati bulu tangkis, karena dari sana nantinya bakal lahir pemain-pemain profesional. Saat ini, kami tengah berupaya membangun fondasi yang kuat. Itu memang membutuhkan kerja keras, tetapi kami sudah memulainya dan terus berproses untuk menciptakan jalur pembinaan yang lebih baik.

Anda saat ini terbilang sebagai "wajah" atau duta bulu tangkis Skotlandia. Apakah Anda setuju dengan label tersebut?
Ya, saya rasa begitu, terutama dalam sepuluh tahun terakhir. Namun, saya juga merupakan bagian dari tim bersama Alex Dunne, Julie MacPherson, pasangan kembar Grimley, Kiera Torrance, dan Adam Pringle.

Kami memiliki kelompok kecil yang rutin mengikuti banyak turnamen bersama. Mungkin saya masih dianggap sebagai "wajah", tetapi itu mungkin karena saya pemain tunggal, sehingga lebih mudah menempatkan wajah saya di poster. Meski demikian, kami sedang membangun kelompok kecil yang solid dan berprestasi tinggi. 

Rasanya jauh lebih menyenangkan bepergian bersama tim daripada sendirian. Dulu saya sering bepergian sendiri, dan memang ada sisi positifnya karena bisa membuat keputusan sendiri, tapi di sisi lain itu juga bisa terasa sangat sepi.

Sudah berapa lama Anda bermain bulu tangkis?
Saya mulai belajar memegang raket sejak usia empat tahun. Ayah saya adalah pelatih junior nasional. Saat kecil, saya sempat menekuni bulu tangkis dan sepak bola hingga usia 11 tahun, lalu akhirnya fokus sepenuhnya pada bulu tangkis karena saya bersekolah di sekolah olahraga.

Perjalanan pertama saya ke Asia terjadi pada Januari 2013, jadi saya sudah belasan tahun mengikuti banyak turnamen di dunia. Sekarang sudah memasuki akhir tahun ke-13 karier saya, dan saya masih terus berusaha menjaga agar semuanya tetap menyenangkan dan menarik. Seingat saya ini adalah kunjungan saya yang ke-15 ke Jakarta, dan saya sangat menikmati setiap momennya dan itu hal yang luar biasa.

Di Indonesia, banyak sekali penggemar mantan pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson. Namun, ketika Sir Alex, yang senegara dengan Anda, berbicara dalam bahasa Inggris, sulit dimengerti. Ini jelas berbeda dengan Anda?
(Tertawa). Anda belum mendengarkan percakapan, semisal, dengan ayah saya. Ketika saya menelepon ayah saya, saya rasa Anda akan kesulitan untuk menyimak apa isi perbincangan kita. Aksen atau dialek kita memang sangat unik.

Apakah Anda melakukan adaptasi ketika berbicara dengan orang dari dari negera berbahasa Inggris?
Saya berusaha untuk "memperhalus" aksen di beberapa kata. Saya tidak bisa sepenuhnya menggunakan berbicara dengan aksen asli saya (tertawa). Ya, mungkin hanya sedikit saja atau saya menggunakan pilihan kata-kata yang berbeda lalu mengucapkannya dengan huruf yang lebih tegas agar lebih jelas. Tapi, sebenarnya, tidak terlalu banyak yang saya ubah.