Saat unggul 20-17 dan memegang tiga match point, Goh/Lai berupaya langsung mengakhiri pertandingan. Namun, Feng/Huang menunjukkan kualitas mereka dengan membaca permainan dan membalikkan keadaan dengan membukukan lima poin beruntun kemudian memastikan kemenangan, sementara peluang menang bagi Goh/Lai pun melayang.
"Pada poin krusial itu, kami tidak berhasil mengendalikan pola pikir kami, karena kami terlalu bersemangat untuk mengakhiri pertandingan," kata Goh melalui laman Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Kamis (18/12).
"Saya tidak tahu mengapa, tetapi pada poin-poin krusial itu, pertahanan mereka tiba-tiba menjadi sangat bagus. Jadi saya mencoba menerima hasilnya, dan mencoba memikirkan bagaimana mengendalikan pola pikir kami dan strategi baru untuk bangkit kembali," Goh, menjelaskan.
Bagi Lai, perasaan campur aduk muncul saat menatap papan skor. Kecewa karena kalah, tetapi sekaligus termotivasi setelah mampu memberikan perlawanan ketat kepada pasangan nomor satu dunia, yang kembali menumbuhkan kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka. "Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya kami kalah seperti ini, 20-17, ada semacam, entah apa, sihir hitam," tanggapnya, seraya tertawa.
"Tapi, ya, mengecewakan kalah di posisi ini. Dan ini sulit bagi kami karena kami benar-benar ingin mengalahkan mereka sekali saja," Lai, menambahkan.
Lai menyatakan, mereka belum pernah mengalahkan Feng/Huang, meski nyaris meraih kemenangan pada pertandingan kali ini. Meski demikian, Lai merasa puas karena merasa kembali berada dalam kondisi yang lebih baik dengan performa yang meningkat dibandingkan laga pembuka BWF WTF 2025. "Partner saya bermain sangat baik. Dia juga berhasil mendapatkan banyak poin penting," ujarnya.
Hasil ini terasa kian berat diterima Goh/Lai, karena, sebagai pasangan independen, menjaga konsistensi di level tertinggi bukan perkara sepele. Sebelum bertolak ke Hangzhou, mereka telah menjalani 21 turnamen dan belum mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga kesempatan pada pengujung musim kompetisi tahun ini pun, akhirnya hanya berlangsung singkat.
Lai menjelaskan, format round robin pada BWF WTF menghadirkan tantangan tersendiri karena setiap pemain atau pasangan harus kembali bertanding keesokan harinya setelah berlaga. Meski demikian, mereka mampu melakukan penyesuaian, mengatur ulang ritme permainan, dan bangkit pada pertandingan berikutnya. "Ini jelas sangat berarti bagi kami, karena dalam beberapa turnamen terakhir kami belum mampu menandingi pasangan-pasangan teratas. Setiap kali berhadapan dengan mereka, pertandingan cenderung berjalan berat sebelah dan kami bahkan kerap gagal memaksakan laga hingga tiga gim," ujarnya.
"Karena itu, hasil hari ini menjadi sangat berarti bagi kami untuk dibawa pulang dan menjaga kepercayaan diri bahwa kami belum benar-benar selesai," Lai, menegaskan.
Meski mengalami kekalahan dramatis, Lai tetap menemukan sisi positif yang dapat dipetik dari hasil tersebut. Sebagai pasangan independen yang juga merupakan suami-istri, mereka terus berupaya saling memotivasi, menyadari bahwa berjuang di level tertinggi tanpa dukungan tim yang solid bukanlah hal mudah. "Sebagian besar waktu, hanya kami berdua, pelatih, dan beberapa rekan tim. Jadi terkadang cukup sulit. Saat kami sedang terpuruk, hanya kami berdua. Jadi kemenangan ini sangat berarti dalam pertandingan ini, meskipun kekalahan itu mengecewakan, tetapi saya rasa kami cukup senang hari ini," pungkasnya.
Goh/Lai gagal meraih satu pun kemenangan pada BWF WTF 2025. Pada laga terakhir fase penyisihan grup, mereka kalah dari wakil Indonesia, Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu, dengan skor identik 17-21, 17-21 dalam tempo 34 menit, Jumat (19/12). Sementara pada laga pembuka, mereka kalah dari pasangan senegara, Chen Tang Jie/Toh Ee Wei, juga dengan skor identik 13-21, 13-21.


