"Orang-orang sering menganggap saya lebih baik di nomor beregu. Namun, di nomor individu, saya selalu berusaha semaksimal mungkin. Kali ini, akhirnya meraih gelar juara dunia individu pertama membuat saya sangat senang," ujar Shi kepada wartawan, dikutip dari South China Morning Post, Senin (1/9).
Shi, yang telah menanti bertahun-tahun untuk dapat meraih keping emas, akhirnya menaklukkan "kutukan" Kejuaraan Dunia dengan melalui sejumlah pertandingan ketat. Pemain berusia 29 tahun itu harus melalui laga tiga gim dalam empat pertandingan terakhir, sebelum menempati podium teratas. Ia juga menyelamatkan dua match point di babak empat besar. "Saya bertarung dalam enam pertandingan di turnamen ini, masing-masing sangat sulit," ungkapnya.
"Banyak pertandingan yang saya hampir kalah, tetapi saya berhasil membalikkan keadaan," Shi, menambahkan.
Shi datang ke Paris dengan status unggulan teratas. Ia berbekal gelar juara China Open pertamanya yang diraih pada Juli lalu, yang juga tercatat sebagai titel juaranya yang kedua pada turnamen bulu tangkis level BWF World Tour Super 1000. "Kali ini, pola pikir saya hanya terfokus pada kemenangan. Saya juga merasa tidak perlu lagi membuktikan apa pun lagi," kata peraih keping perak Kejuaraan Dunia 2018 di Nanjing.
Sementara bagi Kunlavut, kekalahan di Paris kali ini lebih menyakitkan karena ia mengulangi perolehan medali perak sekitar setahun lalu, seusai kalah di final Olimpiade Paris 2024 di arena pertandingan yang sama.


