New Straits Times melaporkan, kemenangan dua gim bagi Pearly Tan/Thinaah Muralitharan yang semula tampak sudah di depan mata berubah menjadi ujian mental. Pasangan Malaysia itu menyia-nyiakan keunggulan 8-0 pada gim kedua, sehingga Ana/Trias mampu bangkit dan memaksakan pertandingan berlanjut ke gim ketiga.
Pada gim penentuan, Pearly/Thinaah bahkan sempat tertinggal 12-16 dalam perolehan poin. Namun, dalam situasi terdesak, Pearly/Thinaah menolak menyerah, lalu mengamankan poin-poin krusial untuk mengambil alih kendali pada pengujung gim ketiga dan memastikan raihan medali emas.
Kemenangan ini memiliki arti khusus karena menandai medali emas ganda putri pertama bagi Malaysia di SEA Games sejak Amelia Alicia Anscelly/Soong Fie Cho meraihnya pada SEA Games Singapura 2015. "Rasanya luar biasa," kata Pearly sebagaimana dilaporkan laman berita Malaysia tersebut.
"Kami tidak terlalu banyak berpikir, kami hanya ingin menikmati pertandingan dan tidak meninggalkan lapangan dengan penyesalan," tambahnya.
Pearly mengakui, mereka tampil terburu-buru di gim kedua sehingga gagal memaksimalkan peluang. Namun, di gim ketiga mereka berusaha lebih tenang dengan terus saling memberi dukungan hingga akhirnya dapat mengendalikan permainan. "Menang atau kalah, kami memutuskan untuk melewati semuanya bersama-sama. Itulah mengapa kemenangan ini sangat berarti bagi kami," katanya.
Sementara itu, Thinaah mengakui bahwa tekanan dan ekspektasi publik terhadap mereka tidak kunjung mereda sejak pesta olahraga Asia Tenggara tersebut dimulai. "Dari hari pertama hingga hari terakhir, tekanan selalu ada. Banyak yang mengharapkan kami untuk mempersembahkan medali emas," ungkapnya.
"Kami berusaha untuk tidak membiarkan hal itu membebani kami, tetapi tidak mungkin juga untuk mengabaikannya. Yang terpenting adalah bagaimana kami mengendalikannya di lapangan dan bagaimana kami terus saling membantu," demikian Thinaah.


