Jia/Zhang tampil menekan sejak awal gim pertama. Mereka selalu unggul dalam perolehan poin, sementara Ana/Tiwi kesulitan dalam meladeni permainan menyerang yang digencarkan oleh ganda putri berperingkat ke-19 dunia itu. Jia/Zhang unggul 11-5 pada interval gim pertama.
Dominasi Jia/Zhang berlanjut setelah interval, satu di antaranya lantaran Ana/Tiwi terlalu banyak melakukan kesalahan. Pasangan negeri tirai bambu itu akhirnya mengunci kemenangan gim pertama dengan skor 21-11. "Hari ini pengembalian bola kami ketika bertahan tidak akurat arahnya, akhirnya bisa mudah kena blok atau kena intersep dari lawan," kata Tiwi kepada tim dan Humas dan Media PP PBSI, seusai laga berdurasi 44 menit tersebut.
Memasuki gim kedua, Jia/Zhang tak mengendurkan serangan. Mereka kian memperlebar keunggulan menjadi 5-0 dan terus mendominasi hingga interval gim kedua dengan kedudukan 11-2. Selepas jeda, Ana/Tiwi harus jatuh bangun dalam meladeni permainan menekan yang digencarkan oleh Jia/Zhang hingga pengujung gim kedua.
Setelah memiliki delapan match points, Jia/Zhang keluar sebagai pemenang setelah Ana gagal mengembalikan pukulan menyilang dari Jia. "Di gim kedua kami mencoba mengubah pola dengan banyak main reli tapi karena sering tidak akurat pengembaliannya jadi banyak tertekan," kata Ana.
"Kami harus lebih konsisten dalam menerapkan pola permainan dan meningkatkan akurasi pukulan," tambah pemain kelahiran Jember, Jawa Timur ini.
Dengan hasil ini, Indonesia gagal mempertahankan gelar juara di nomor ganda putri setelah pada edisi sebelumnya Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto naik ke podium tertinggi. Sementara, bagi Ana/Tiwi, pencapaian semifinal pada Swiss Open 2025 menjadi prestasi terbaik pada tur Eropa. Pada All England 2025, pasangan peringkat ke-8 dunia ini mencapai babak 16 besar. "Secara performa di tur Eropa ini ada peningkatan dari sebelumnya walaupun secara hasil belum seperti yang kami inginkan," kata Tiwi.
"Semoga ini menjadi batu loncatan yang positif untuk perjalanan kami ke depan," pungkasnya.


